“AL-MAHDI AL-MUNTAZAR & PERISTIWA PENDUDUKAN MASJIDIL
Kaum muslimin yang dirahmati oleh
Allah SWT dan Rasul-Nya sangat menantikan kemunculan sosok Al-Mahdi yang
ditunggu-tunggu di akhir zaman kelak. Pasalnya, sosok inilah yang kemudian akan
diutus oleh Allah SWT untuk melindungi orang-orang yang beriman dan bertaqwa
dari fitnah Dajjal pada hari akhir yang sampai sekarang belum diketahui kapan
terjadinya. Bahkan, sosok Al-Mahdi beberapa kali disebutkan dalam sabda
Rasulullah SAW, dimana beberapa sabda tersebut diantaranya menyebutkan bahwa
Al-Mahdi kelak akan muncul apabila muka bumi ini telah dipenuhi oleh kezaliman
dan kekufuran yang begitu besar. Ada juga sabda Rasulullah SAW yang menyebutkan
bahwa Al-Mahdi akan muncul di depan Ka’bah, dimana beliau akan berdiri di
antara Rukun, Maqam Ibrahim, dan Hajar Al Aswad. Lantas, siapakah sebenarnya
Al-Mahdi?
Rasulullah SAW bersabda:
الْمَهْدِيُّ مِنِّي أَجْلَى الْجَبْهَةِ
أَقْنَى الْأَنْفِ يَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا
وَظُلْمًا يَمْلِكُ سَبْعَ سِنِينَ
Artinya: "Al Mahdi itu dari
keturunanku, dahinya lebar dan hidungnya mancung, ia akan memenuhi bumi dengan
keadilan sebagaimana bumi pernah dipenuhi dengan kejahatan dan kezhaliman. Ia
akan berkuasa selama tujuh tahun." (HR. Abu Dawud no.3736)
Dalam Islam, Al-Mahdi adalah seorang
pemimpin atau khalifah yang dapat menyelamatkan manusia dari kesengsaraan dan
ketidakadilan di akhir zaman, sebelum kiamat tiba. Dalam Al- Qur'an dan hadits,
sosok Al-Mahdi dapat dilihat secara fisik dan diamati. Berikut ini adalah salah
satu dalil Al-Qur’an tentang sosok Al-Mahdi yang disebutkan secara tidak
langsung.
وَعَدَ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَ
عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ
الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى
لَهُمْ وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُوْنَنِيْ
لاَ يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْئًا وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ
الْفَاسِقُوْنَ
Artinya: “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal salih untuk menjadikan mereka sebagai khalifah di muka
bumi ini sebagaimana Ia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka sebagai
khalifah, menyebarkan bagi mereka agama yang telah diridhainya untuk mereka
secara merata dan menggantikan ketakutan mereka dengan rasa keamanan (sehingga)
mereka dapat menyembah-Ku dan tidak menyekutukan-Ku. Barangsiapa ingkar setelah
itu, merekalah orang-orang yang fasiq.” (Q.S. An-Nur: 55)
Dari Abu Sa’id al-Khudri R.A., Rasulullah SAW juga bersabda:
يَخْرُجُ فِيْ آخِرِ أُمَّتِـي الْمَهْدِيُّ؛
يُسْقِيْهِ اللهُ الْغَيْثَ، وَتُخْرِجُ اْلأَرْضُ نَبَاتَهَا، وَيُعْطِى الْمَالَ
صِحَاحًا، وَتَكْثُرُ الْمَاشِيَةُ، وَتَعْظُمُ اْلأُمَّةُ، يَعِيْشُ سَبْعًا أَوْ
ثَمَانِيًا (يَعْنِي: حِجَجًا).
Artinya: “Pada akhir umatku akan
keluar al-Mahdi. Allah menurunkan hujan kepadanya, bumi mengeluarkan
tumbuhannya, harta akan dibagikan secara merata, binatang ternak melimpah dan
umat menjadi mulia, dia akan hidup selama tujuh atau delapan (yakni, musim
haji).” (Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam kitab Al-Mustadrak no.8716. Hadits
ini merupakan hadits shahih menurut Sheikh Al-Albani).
Tanda-tanda dari kemunculan sosok
Al-Mahdi memang sudah ditetapkan oleh Allah SWT dan disabdakan oleh Rasulullah
SAW. Namun, seiring dunia sudah semakin mendekat kepada akhir zaman, berbagai
fitnah yang ditakutkan oleh Rasulullah SAW mulai bermunculan, terutama fitnah
berupa kemunculan Al-Mahdi palsu yang sudah pernah terjadi beberapa kali. Salah
satunya yang terjadi pada sebuah peristiwa mengerikan di kota Mekkah dan
menggemparkan umat Islam di seluruh dunia. Kala itu, pada tanggal 20 November
1979, bertepatan dengan 1 Muharram 1400 H, sekelompok pemberontak Islamis
radikal dari kelompok “Ikhwan” yang dipimpin oleh seorang pria berjenggot hitam
keturunan suku Badui bernama Juhayman al-Otaybi tiba-tiba mengeluarkan senjata
api yang diselundupkan di dalam peti jenazah dan menyandera puluhan orang
peziarah yang baru saja selesai melaksanakan salat Subuh berjama’ah di Masjidil
Haram.
Pada detik-detik terjadinya
peristiwa mengerikan itu, Juhayman bergerak maju ke depan Ka’bah, merebut
mikrofon Imam, dan memerintahkan para pemberontak untuk mengunci pintu gerbang
yang ada di setiap sisi Masjidil Haram dan juga mengambil posisi sebagai
penembak jitu di atas menara-menara masjid. Para pemberontak yang berada di
atas menara-menara masjid diperintahkan oleh Juhayman untuk menembak mati
siapapun yang mencoba untuk menyerbu dan merebut kembali Masjid Suci tersebut.
Juhayman memproklamirkan kakak iparnya, Muhammad bin Abdullah Al-Qahtani
sebagai sosok Al-Mahdi yang ditunggu-tunggu. Juhayman dan para pemberontak yang
berada di Masjidil Haram seketika memerintahkan para peziarah yang disandera
untuk bersumpah setia kepada sosok Al-Mahdi yang dimaksud. Beberapa hari
kemudian, polisi dan tentara Arab Saudi yang dikerahkan ke Masjidil Haram untuk
membebaskan para peziarah yang disandera harus meregang nyawa tatkala mereka
dibantai habis-habisan oleh Juhayman dan para pemberontak yang masih menduduki
Masjid Suci tersebut selama 2 minggu berturut-turut.
Peristiwa mengerikan itu berakhir
pada 4 Desember 1979. Pemerintah Arab Saudi mendapatkan angin segar setelah
mereka menerima fatwa dari para ulama yang memperbolehkan pasukan militer untuk
mengambil langkah “kekerasan” demi merebut kembali Masjidil Haram yang dikuasai
oleh Juhayman dan para pemberontak Ikhwan. Tak lama setelah itu, pasukan
militer Arab Saudi dengan bantuan dari pasukan komando anti-teror Prancis dan
Pakistan dikerahkan dalam jumlah yang besar ke kota Mekkah. Helikopter, pesawat
jet, dan kendaraan tempur lapis baja mulai membombardir posisi para pemberontak
di Masjidil Haram. Sebagian besar peziarah yang disandera oleh Juhayman dan
para pemberontak berhasil dievakuasi dalam keadaan selamat dan baik-baik saja.
Muhammad bin Abdullah Al-Qahtani, Al-Mahdi palsu yang diproklamirkan oleh
Juhayman di depan Ka’bah juga tewas dalam baku tembak dengan pasukan militer
Arab Saudi di Masjidil Haram. Juhayman dan para pemberontak Ikhwan yang
melarikan diri ke ruangan basemen Masjidil Haram mulai terkepung dari segala
arah. Mereka dilempari dengan gas beracun dari atas permukaan lantai Masjidil
Haram yang sudah dilubangi. Juhayman dan para pemberontak Ikhwan yang tersisa
berhasil ditangkap hidup-hidup dan dijatuhi hukuman pancung pada tahun 1980.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar